Sumantri Ngenger

Salah satu kisah yang diceritakan dalam Kitab Ramayana yaitu kisah pengabdian dari
Patih Swanda. Kisah ini juga tertulis dalam Tembang Macapat Dandanggula bait pertama dan
kedua. Alkisah Resi Swandagni memiliki dua orang putra yang bernama Bambang Sumantri dan
Bambang Sukrasana. Kedua putranya ini memiliki penampilan fisik yang sangat berbeda bak
langit dan bumi, dimana Bambang Sumantri adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah
perkasa, sedangkan Bambang Sukrasana memiliki penampilan yang sebaliknya, yaitu buruk rupa
seperti raksasa tetapi badannya seperti manusia. Walaupun demikian, mereka memiliki kesaktian
dan kebaikan perangai yang sama.


Suatu hari Raja Arjuna Sasrabahu, seorang raja dari Kerajaan Maespati mengadakan
sebuah sayembara. Barang siapa yang berhasil memenangkan sayembara tersebut, maka orang
tersebut akan diangkat menjadi seorang patih di Maespati. Syarat untuk memenangkan
sayembara tersebut adalah dengan membunuh seribu raja, memboyong Putri Citrawati dari
Kerajaan Magadha beserta delapan ratus Putri Domas, dan memindah Taman Sriwedhari dari
kayangan menuju Kerajaan Maespati.


Mendengar sayembara yang diadakan oleh Raja Arjuna Sasrabahu, Bambang Sumantri
berantusias untuk mengikutinya. Berbekal dengan kesaktian dan ilmu yang ia punya, akhirnya
Bambang Sumantri berhasil seribu orang raja dan memboyong Putri Citrawati beserta delapan
ratus Putri Domas, tetapi syarat yang ketiga yaitu memindahkan Taman Sriwedhari dari
kayangan menuju Kerajaan Maespati belum terlaksana. Meski demikian, Raja Arjuna Sasrabahu
telah memberikan gelar kepada Bambang Sumantri yaitu Patih Swanda, karena memang dari
sekian banyaknya peserta sayembara hanya Sumantri lah yang bisa memenuhi syarat pertama
dan kedua. Karena hal itu, muncul rasa sombong dalam hati Bambang Sumantri, ia menganggap
bahwa memindahkan Taman Sriwedari adalah suatu hal yang mudah.


Karena kesombongan yang ada di dalam hatinya, Sumantri gagal untuk memindahkan
Taman Sriwedhari menuju Maespati. Akhirnya Sumantri pulang ke rumah dengan tangan hampa,
sesampainya di rumah, adiknya yaitu Bambang Sukrasana bertanya kepadanya, mengenai hal
apa yang membuatnya sedih dan kecewa. Sumantri menjelaskan kepada Sukrasana bahwa ia
telah gagal memindahkan Taman Sriwedari karena kesombongannya. Kemudian Sukrasana
menawarkan bantuan kepada kakaknya untuk memindah Taman Sriwedari, tetapi dengan syarat
jika ia berhasil maka ia meminta untuk ikut mengabdi bersama kakaknya di Maespati. Tanpa
berfikir panjang, Sumantri menyetujui permintaan adiknya.


Setelah permintaannya disetujui oleh Sumantri, Sukrasana begegas untuk memindahkan
Taman Sriwedari dari kayangan menuju Maespati. Dengan kesaktian yang dipunya, akhirnya Sukrasana berhasil memindahkan Taman Sriwedari. Dikarenakan kelelahan, tanpa sadar
Sukrasana tertidur di dalam Taman Sriwedari. Mengetahui adiknya telah berhasil, Sumantri
lantas menuju ke istana untuk memberitahukan bahawa Taman Sriwedari berhasil dipindah.
Mengetahui hal tersebut, Putri Citrawati mengajak seorang dayangnya untuk melihat keindahan
Taman Sriwedari. Sesampainya di dalam taman dan berjalan-jalan, Putri Citrawati terkejut dan
berteriak ketika mengetahui ada satu makhluk yang buruk rupa tidur di Taman Sriwedari.
Kemudian ia melapor kepada suaminya yaitu Raja Arjuna Sasrabahu, selanjutnya Raja
Sasrabahu mengutus Sumantri untuk membunuh makhluk tersebut.


Setelah mendapat utusan untuk membunuh makahluk di dalam Taman Sriwedari,
Sumantri lantas bergegas. Tetapi alangkah terkrjutnya Sumantri ketika mengetahui bahwa
makhluk tersebut adalah adiknya sendiri yaitu Sukrasana. Kemudian Sumantri menyuruh
adiknya dengan halus untuk pulang, tetapi Sukrasana menagih janji kakaknya itu untuk
mengabdi bersama. Adanya dilemma dalam hati Sumantri antara permintaan adiknya atau
rajanya, akhirnya Sumantri menakut-nakuti adiknya itu dengan menjulurkan anak panah di depan
Sukrasana dengan harapan Sukrasana pergi, tetapi atas ketidak sengajaannya, anak panah itu
melesat ke jantung Sukrasana. Sebelum Sukrasana meninggal ia bersumpah bahwa ia mati
karena Sumantri, maka kelak Sumantri akan mati karena dirinya.


Beberapa tahun kemudian, terjadilah perang antara Kerajaan Maespati dan Kerajaan
Alengka, pada perang tersebut Sumantri menjadi pemimpin perang atas utusan Raja Sasrabahu.
Dalam perang, Sumantri melawan Raja Rahwana yang merupakan Raja Alengka. Ketika
menghadapi Rahwana, Sumantri melihat bahwa yang dihadapannya itu adalah Sukrasana,
sehingga ia terlena dan menjadikannya terbunuh oleh Rahwana. Sumantri gugur dalam keadaan
mulia karena ia telah patuh kepada rajanya.